Wednesday, March 12, 2014

Apakah Silat Karo Itu?

Pencarian Silat Karo - Ndikkar

Perkenalkan nama saya Pebry Brahmana, Facebook saya Pebry Brahmana II.

Sewaktu masih SMP pertama kali mendengar bahwa orang karo memiliki silat, langsung ingin sekali  mempelajarinya. Saya sangat ingin melestarikan salah satu budaya ini (maklumlah saya orang yang sangat menyukai Peninggalan Sejarah dan Budaya).
Rupanya Bapak saya menguasai Ndikkar aliran dari Tiga Panah Kabajahe. Aliran silat yang satu ini unik, dia sama sekali tidak menyerang lawannya. Dia hanya menghindar terus menerus, sampai lawannya kehabisan tenaga, baru setelah lawannya habis tenaga, dia menyerang lawannya. Jadi mereka dulu berlatih setiap hari cara menghindari serangan. Bapak saya mengajarkan dasar-dasar silat ini tidak sepenuh hati, saya kecewa. Tapi saya tidak bisa memaksa dia untuk mengajarkan lebih banyak lagi. Beliau orang yang sangat keras.

Pencarian berlanjut. Saya pulang kampung ke kabanjahe. Bulang (kakek) saya tinggal di Tiga Baru Kabanjahe, Kati Brahmana (asal DESA RUMKA KABANJAHE).
Saya menanyakan tentang silat karo ini. Bulang mengatakan kalau dia menguasai Ndikkar aliran Kucing Mbengkung (Kucing Membengkokan Tubuh). Dia pun menunjukkan sedikit, tapi saya heran kenapa itu seperti menari, tapi sebuh tarian lucu dengan melompat-lompat  bukan berkelahi. Bulang menjelaskan, Ndikkar (silat karo) menjadi satu dengan tarian karo. Silat Karo tersimpan dalam tarian karo.
Kata-kata ini selalu saya ingat.

Saya pun meminta Bulang mengajarkan saya, seperti bapak saya juga, dia cuma mau mengajarkan  dasar - dasar saja. Dia tidak mau saya mempelajari ini atau menguasai ini. Dia takut saya akan mencederai orang dengan silat ini.

Penemuan Silat Karo
Sejak mengetahui tentang ndikkar, bila ada orang karo yang saya kenal saya akan langsung menanyakan tentang ndikkar, tapi sedikit sekali yang tau. Tapi saya terus saja bertanya tiap kali mengenal orang baru, sampai akhirnya saya menemukan para pesilat asli karo itu.

Ada tiga orang yang membuat saya mengerti tentang silat karo ini. Pertama adalah teman saya di Perumnas Simalingkar, Brilian Putra Luandi. Dia menguasai silat karo aliran Kalajengking dari desa Lau Simomo. Sewaktu menunjukkan silat ini, dia menjelaskan kalau badan di bungkukkan sama seperti menari karo. Lalu tangannya memanjang ke depan, dengan sedikit di tekukkan.

"Tapi badan kami orang kabanjahe tidak di bungkukkan kalau menari" saya katakan.
"Loh, kok kalian para prianya menari seperti perempuan dengan badan tegak" tanyanya.

Tiba-tiba saya mendapatkan AHA MOMENT, saya menunjukkan sedikit silat karo yang saya tau, gerakannya dilakukan dengan badan tegak. Ternyata ada persamaan antara silat karo dengan cara menari orang setempat.
Saya pun mengerti, benar rupanya kata bulang, silat karo tersimpan dalam tarian karo.

DI hari hari kemudiannya, saya sering membayang-bayangkan tari gendang2 guro aron (tari anak muda) seakan-akan adalah sebuah perkelahian. Mulai dari posisi tangan, kaki, gerakan memutar, dst.

Saya menyimpan bayangan saya itu.

Pencarian berlanjut saat saya di biru-biru saat itu, mama uda ( paman) menikah dengan wanita setempat.  Di malam hari di sebuah rumah penduduk, saya menanyakan pada pemuda setempat apa dia tau tentang silat karo. Surprisingly, He did know it.
Dia menunjukkan pada saya seperti apa silat karo itu, dan semuanya pas seperti yang saya bayangkan sebelumnya,
Pas bagaimana jika tarian muda-mudi menjadi sebuah gerakan perkelahian. Saya mengingat semua gerakannya dengan cepat.

Orang ketiga adalah abang kelas saya sewaktu SMA di Dharma Bakti, Padang Bulan Medan.
Saya menanyakan juga tentang silat karo ini, dan dia juga ternyata bisa. Saya minta dia menunjukkan sedikit. Dia setuju. Saya menyerang dia dengan tendangan, dan pukulan dan dia menangkis semua dengan tangan. Gerakannya sangat gagah tapi seperti menari.
"Kenapa tidak ada tangkisan dengan kaki sewaktu kaki abang kutendang?" tanyaku.
" Silat kami semua pakai tangan" katanya " silat ini dari daerah Payung".


Historical Discovery
Saya menyatukan potongan-potongan silat karo kalajengking, kucing mbengkung, tehnik mengelak Tiga Panah, tehnik tangan menangkis dan memukul dari daerah Tiga Panah, dan Sibiru-biru. Persis tarian Karo Kabanjahe. Tangan membentuk siku 90 derajat sewaktu memukul jarak pendek, dan meliuk-liuk seperti pukulan kalajengking sewaktu memukul pukulan lurus.
Jadilah sebuah silat karo versi penemuan saya sendiri.

Kelas Ndikkar

Saya bukan jagoan, tapi saya berniat melestarikan budaya ini. Saya membuka ekstra kurikuler di sekolah tempat saya mengajar, sekolah Cinta Budaya, komplek MMTC Pancing Medan.

Saya mengajarkan mereka silat karo temuan saya ini dengan teori pendidikan yang saya dapat sewaktu Akta IV. Dengan metode kreatif, silat menjadi gerakan yang mudah ditiru, tanpa rumus, tanpa aturan, tapi praktis dan efektif. Berkembang dan menghasilkan banyak jurus-jurus baru. Setiap siswa boleh mengembangkan jurusnya sendiri, dan memilih apa yang dianggapnya efektif dan apa yang tidak.
Intinya adalah...... pesilat harus bisa cepat beradaptasi pada setiap situasi dengan cepat tanpa terpaku pada kuda-kuda tertentu, yang penting selamat, yang penting menang. Itulah Filosofinya.

Gila memang, tapi murid-murid saya suka.


Tak lama lagi saya akan berikan beberapa video latihan kami di blog ini dan di youtube.com

Salam Mejuah-juah